Bismilah

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

.....

" MADING GEMA NURANI " __ Jl.Raya Kaliabang Tengah No.75 B Bekasi 17125 Phone 021 88871329 __ ** Ikhlas Melayani Mendidik Sepenuh Hati **

AL QURAN

Cari .....

Rabu, 27 April 2016

~Tercabutnya Ilmu~

[28/4 12.33] Armadodi: 
Bagaimana ilmu2 islam itu diangkat? dgn mewafatkan ulama. Bacaan dgn belajar langsung kesannya jauh berbeda, tiada lagi kita mendengar nasehat2 dan ujaran tegas keluar dari mulut KH Ali Mustafa Yaqub. Satu lagi ulama meninggal. Umat Islam Indonesia berduka.

إنا لله وإنا إليه راجعون...

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ , وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ , وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ , وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ , وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ , وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، وَأَدْخِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ , وَأَهْلا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ , وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ , وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ , وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ , وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

[28/4 13.07] Armadodi: ~Tercabutnya Ilmu~
Akhir akhir ini kita mendengar kabar meninggalnya para ulama baik luar maupun dalam negeri, hal ini hakikatnya adalah salah satu fenomena tercabutnya ilmu dari muka bumi ini. Maka dari itu, janganlah kita bermalas-malasan dalam mencari ilmu, bermalas-malasan mengaji, taklim, atau kajian. Jadilah penerus estafet perjuangan para ulama. Ambillah warisan yang berharga berupa ilmu ilmu syar'i dari para ulama, ustadz, kyai dan para dai. Dengan ilmu dan amal berharap tertanamnya keberkahan dan keamanan di negeri ini. Juga tertanam dengan kokoh sunnah dan ajaran Rasulullah dengan banyaknya majelis-majelis ilmu. Semoga Alloh memberikan rasa semangat tinggi dalam bertholabul ilmi kepada kita. Mari kita simak hadis mulia ini semoga menjadi motivasi kita, agar terus bersemangat dalam belajar, taklim, mengaji, atau kajian. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ الله لا يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعَاً يَنْتَزِعُهُ من العِبادِ ولَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ حتَّى إذا لَمْ يُبْقِ عَالِمٌ اتَّخَذَ الناس رؤسَاً جُهَّالاً ، فَسُئِلوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا-البخاري

Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggengam ilmu dengan sekali pencabutan, mencabutnya dari para hamba-Nya. Namun Dia menggengam ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga, jika tidak disisakan seorang ulama, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Maka mereka tersesat dan menyesatkan. (Riwayat Al Bukhari)

Ustadz Amir Faishol Fath :
Ulama hakiki telah pergi. Pamit kembali kepada Sang Pencipta. Selamat jalan guruku.. Prof Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub. Engkau pamit di saat umat butuh ulama yang kokoh.. Engkau pergi di saat bermunculan orang-orang yang dinggap ulama padahal mereka adalah penjilat kekuasaan, pemecah belah umat. 

Ya Allah jagalah kami hambaMu
Kami butuh bimbinganMu. Jangan samapai karena dosa-dosa kami engkau cabut guru-guru kami satu persatu.

Gruku.. selamat jalan

إنا لله وإنا إليه راجعون...

قناة السنة النبوية LIVE MASJID NABAWI DI MADINAH

Senin, 18 April 2016

Tiga Langkah Mudah Untuk Bisa Menulis


Anda tertarik menulis buku? Jangan terburu-buru dulu mengatakan susah. Menulis buku sangat mudah. Gak pake ribet. Hanya perlu tiga langkah saja. Tak peduli apapun latar belakang Anda, tak peduli apapun profesi Anda, tak peduli berapa banyak uang yang Anda miliki. Ikuti langkah-langkah berikut ini dan bersiaplah menyambut kelahiran buku pertama Anda.

1. Menulis Diary (Catatan Harian)
Kenapa harus dimulai dengan diary? Ya, karena menulis diary bisa dilakukan siapa saja. Menulis diary adalah menulis bebas tentang pengalaman sehari-hari atau ungkapan rasa sedih dan bahagia. Menulis diary bisa dilakukan siapa saja, tak peduli laki-laki atau perempuan. Selain itu, diary hanya dibaca oleh penulisnya sendiri dan hanya penulisnya yang berhak tahu dan membuka isinya, sehingga penulis bebas berekspresi menulis kata apa saja bahkan sesuatu yang bersifat rahasia sekalipun. Dalam langkah pertama ini, yang harus benar-benar diperhatikan adalah konsistensi dalam menulis. Artinya, diary harus ditulis setiap hari. Sesibuk apapun diary harus terisi. Buat komitmen dengan diri sendiri, misal menghukum dengan melakukan sesuatu yang tidak disukai ketika sehari saja tidak menulis diary.


2. Menulis di Blog
Jika dalam 2-3 bulan sudah berhasil menulis diary setiap hari tanpa putus, saatnya mencoba naik ke langkah yang kedua. Buatlah blog dan menulislah setiap hari. Jadi poinnya masih sama: menulis setiap hari. Hanya saja, ketika Anda menulis di blog tentu tak lagi sebebas ketika menulis diary. Tidak lagi bisa menulis sesuatu yang bersifat privasi secara langsung. Meski sebenarnya Anda tetap bisa menuangkannya dalam bentuk cerpen atau tersirat dalam bentuk puisi.
Dalam tahapan ini, yang akan diuji adalah kepercayaan diri Anda untuk menulis yang akan dibaca banyak orang. Jadi beralih dari yang tertutup menjadi terbuka. Anda bisa menulis apa saja dalam blog, bebas, tapi ingat tulisan Anda akan bisa dibaca semua orang di pelosok dunia. Tulisan itu akan mencerminkan diri Anda. Tapi tak perlu tegang atau takut, tulislah selama Anda meyakini bahwa yang Anda tulis adalah benar.


3. Menerbitkan Buku
Tibalah Anda pada tahap terakhir. Tulisan Anda di blog sudah berjumlah lebih dari seratus dalam waku 4 bulan. Cobalah lihat-lihat kembali, tulisan yang mana yang banyak digemari oleh pembaca Anda. Ini bisa dilihat dari jumlah komentar positif, jumlah like dan share. Pilihlah dan kumpulkan tulisan-tulisan yang sejenis. Misalkan cerpen dengan cerpen, artikel Islami dengan artikel Islami. Lalu copas ke Microsoft Word. Kembangkan tulisan itu menjadi beberapa halaman. Jika belum ada 75 halaman, Anda bisa melanjutkan kembali dulu tahap yang kedua yaitu menulis di blog. Setelah terpenuhi, kumpulan tulisan di blog yang telah dikembangkan itu bisa dibukukan. Bagaimana caranya, cobalah kirim ke penerbit atau Anda bisa menerbitkan sendiri dengan biaya yang relatif murah. Sudah banyak sekali jasa penerbitan indie yang dapat mewujudkan impian Anda menulis buku, salah satunya.

Semoga bermanfaat.....
Rafif Amir, Cahaya Pustaka

Selasa, 05 April 2016

"Pendidikan Anak Menurut Imam al-Ghazali"

Oleh: Muhammad Ardiansyah M.Pd. I
(Mudir Pondok Pesantren Shoul Lin al-Islami)



Anak adalah amanah Allah SWT yang dititipkan kepada orangtuanya. Dan setiap amanah akan dituntut pertanggungjawabannya. Anak terlahir dalam keadaan fitrah, tapi fitrah itu bisa rusak jika orangtua tidak memainkan perannya dengan baik sebagai pendidik utama. Hal itu telah diingatkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya Kullu maulûdin yûladu ‘ala al-fitrah, fa abawâhû yuhawwidânihî aw yunashsirânihî aw yumajjisânihî, artinya setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah, lalu orangtuanya yang menjadikan mereka bisa seperti Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR al-Bukhari-Muslim).

Keluar dari fitrah akan menyeret mereka ke dalam neraka. Oleh karena itu Allah SWT mengingatkan Yâ ayyuhal ladzîna âmanû qû anfusakum wa ahlîkum nârâ yang artinya hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS al-Tahrim:6). Ulama dari kalangan sahabat seperti Ali Ibn Abi Thalib dan Ibn Abbas menafsirkan ayat ini dengan addibûhum wa ‘allimûhum, yang artinya didiklah mereka dengan adab dan ajarkanlah mereka ilmu (Ibn Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, Singapura:Sulaiman Mar’i, tanpa tahun, Juz III, hlm. 391. Lihat juga Abu Nashr al-Sarraj, al-Luma’ fî Târikh al-Tashawwuf al-Islâmi, Beirut:Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2007, hlm. 136). Umar ibn al-Khattab menguatkan tafsiran kedua sahabat ini dengan mengatakan Taaddabû tsumma ta‘allamû yang berarti pelajarilah adab kemudian pelajarilah ilmu (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, al-Ghunyah li Thâlibî Tharîq al-Haq, Beirut:al-Maktabat al-Sya’biyah, tanpa tahun, hlm. 54)

Kewajiban orangtua memperhatikan adab dan ilmu ini tidak cukup menyerahkan anak-anak mereka ke sekolah. Sebab meski sekolah itu lembaga pendidikan, tapi pendidikan dalam pandangan Islam tidak terbatas di sekolah. Sungguh sebuah kesalahan besar jika orang tua mengartikan pendidikan dengan menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan anak kepada guru di sekolah atau pesantren. Sementara ketika di rumah mereka tidak pernah peduli pendidikan anak-anaknya sama sekali. Ibarat mendirikan sebuah bangunan, kapan bangunan akan sempurna berdiri jika tangan yang kanan membangun sementara tangan yang kiri merobohkan. Imam al-Zarnuji dalam karyanya yang terkenal, Ta’lim al-Muta‘allim, menyatakan bahwa syarat keberhasilan pendidikan harus ada kesungguhan dari tiga subjek yang saling berkaitan, yaitu anak, guru, dan orangtua jika masih ada. (al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim, Jakarta:Dar al-Kutub al-Islamiyyah, hlm. 43) Dengan demikian, jika salah satunya tidak menjalankan tugasnya dengan baik, maka hasil akhir dari pendidikan itu hanyalah kegagalan.

Masalah penanaman adab dan ilmu pada anak telah menjadi perhatian para ulama. Salah satu yang membahas dengan sangat baik adalah Hujjatul Islam Imam al-Ghazali. Di dalam magnum opusnya, Ihya’ Ulumiddin, Imam al-Ghazali menulis satu bab khusus tentang pendidikan anak yang diberi judul Bayânu Tharîq fi Riyâdhat al-Shibyân fî Awwali Nasy’ihim wa Ta’dîbihim wa Tahsîni Akhlâkihim (Penjelasan metode melatih anak pada masa pertumbuhan, mendidik dan memperbaiki akhlak mereka). Mengawali penjelasan ini Imam al-Ghazali mengingatkan pentingnya pendidikan anak.

Ketahuilah! Sesungguhnya metode pendidikan anak merupakan hal yang paling penting dan paling ditekankan. Anak-anak itu adalah amanah bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang suci merupakan permata yang paling berharga, belum terukir dan terbentuk. Ia menerima setiap bentuk ukiran dan cenderung kepada setiap hal yang digiring kepadanya. Jika dibiasakan yang baik, dan diajarkan kebaikan maka ia akan tumbuh menjadi baik dan bahagia di dunia dan akhirat. Ayahnya, gurunya dan setiap orang yang mendidiknya juga akan mendapatkan pahala. Namun jika dibiasakan dengan keburukan, dan dibiarkan seperti binatang maka ia akan celaka dan binasa. Dan dosanya ditanggung oleh orangtuanya. (Hujjatul Islam, Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, Kairo:Dar Misr li al-Thiba’ah, Juz II, hlm. 89)

Peringatan Imam al-Ghazali ini penting dipahami oleh setiap orangtua. Mendidik anak-anak mereka berarti menghantarkan mereka menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, mengabaikan pendidikan anak adalah menghinakan, tidak memanusiakan mereka dan menjerumuskan mereka ke dalam kebinasaan. Dan orangtua akan menerima balasannya di akhirat kelak.

Dalam masalah pendidikan anak, Imam al-Ghazali tidak hanya memberi peringatan. Ia juga memberikan metode pendidikan anak. Berikut ini rangkuman metode pendidikan anak menurut Imam al-Ghazali yang dikutip dari bagian kitab itu.

1. Aspek Adab.

Menurut Imam al-Ghazali, orangtua wajib mendidik anak-anaknya dengan adab dan mengajarkan akhlak yang terpuji (al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, Juz II, hlm. 89). Jika orangtua menanamkan adab yang baik berarti dia telah memberikan sesuatu yang sangat bernilai. Rasulullah SAW bersabda “tidak ada pemberian orangtua kepada anaknya yang lebih utama dibandingkan pendidikan (adab) yang baik” (HR Ahmad).

Akhlak yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini adalah sifat malu (al-hayâ’). Yang dimaksud malu dalam hal ini adalah sifat malu yang menghalangi seseorang dari perbuatan tercela, bukan malu yang menghalangi untuk berbuat kebaikan. Sifat malu seperti ini menurut Imam al-Ghazali adalah karunia dari Allah dan tanda kebaikan akhlak si anak. Sifat malu ini perlu diarahkan sehingga anak akan terbiasa melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Imam Al-Ghazali memberi contoh buah dari sifat malu ini dalam adab makan. Dengan sifat malu ini anak akan terbiasa mengambil makanan dengan tangan kanan, membaca basmalah sebelum makan, mengambil makanan yang terdekat, tidak makan terlalu banyak dan sebagainya. Bahkan jika terus dididik dengan sifat malu ini, seorang anak akan merasa cukup dengan makanan yang ada (qana’ah) dan senang berbagi dengan, dan mendahulukan orang lain dalam masalah makanan sejak masa kecilnya (al-îtsâr bi al-tha’âm).

Jika dikaitkan dengan adab berpakaian, dengan sifat malu ini juga anak akan terbiasa memakai pakaian yang baik, tidak memakai pakaian yang bercorak tidak pantas, ataupun pakaian yang terlalu mahal sehingga menimbulkan rasa dengki dari kawan-kawannya.

2. Aspek Ilmu

Dalam aspek ilmu, Imam al-Ghazali menyarankan agar sejak kecil anak-anak diajarkan al-Qur’an, Hadits, dan cerita-cerita orang saleh. Hal ini menurutnya akan menumbuhkan kecintaan kepada al-Qur’an, Hadits dan juga kepada orang-orang saleh. Selain itu, ilmu yang penting untuk diajarkan kepada anak-anak sejak keci adalah ilmu syair-syair yang Islami. Hal ini untuk menanamkan cinta keindahan kepada mereka sejak dini.

3. Aspek Kedisiplinan

Di dalam mendidik anak Imam al-Ghazali mengingatkan pentingnya kedisiplinan. Dan dalam prakteknya harus disertai keadilan. Jika anak melakukan suatu kebaikan, hendaknya orangtua menghargainya, memujinya bahkan jika perlu memberinya hadiah yang menggembirakan hatinya. Hal ini penting untuk memotivasi anak untuk mencintai kebaikan dan terus berbuat kebaikan. Sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, maka orangtua tidak boleh lalai. Orangtua harus memperhatikannya dengan seksama. Jika ia mengulangi untuk yang kedua kalinya maka hendaknya diberi nasehat secara individu, tidak di hadapan orang lain. Namun nasehat ini tetap disertai peringatan yang tegas agar si anak tidak mengulangi kembali kesalahannya.

Dalam melaksanakan disiplin, orangtua harus berwibawa di hadapan anaknya. Ayah maupun ibunya hendaknya selalu menjaga ucapan maupun sikapnya di hadapan anaknya. Dengan demikian orangtua bukan sekedar memberi contoh yang baik, tapi juga menjadi contoh yang baik.
Selain itu orangtua harus menanamkan sifat berani kepada anak-anaknya. Sehingga jika suatu hari dia mendapat teguran, bahkan hukuman fisik yang proporsional dari gurunya di sekolah dia akan sabar menjalani hukuman itu, tidak cengeng lalu mengadukan masalahnya itu kepada orangtua.

4. Aspek kesehatan fisik

Menurut Imam al-Ghazali anak harus dibiasakan banyak bergerak di siang hari. Jangan banyak tidur di siang hari. Anak harus dibiasakan untuk berjalan, berlari, bergerak dan berolahraga agar tidak muncul rasa malas dalam dirinya.

Dalam masalah ini orangtua bahkan perlu memberikan izin kepada anaknya untuk bermain setelah mereka belajar. Sebab menurutnya, melarang anak bermain akan membuat hati anak menjadi keras dan menurunkan semangat belajarnya. Bahkan itu membuka pintu untuk si anak mencari jalan untuk bermain secara sembunyi-sembunyi.

5. Aspek sosial

Dalam pergaulannya anak-anak harus dididik berbahasa yang santun, bersikap rendah hati (tawadhu’), menghormati orang yang lebih tua, mencegah dari mengambil hak orang lain, dan menanamkan dalam diri mereka bahwa kemuliaan seseorang itu ada di dalam sikap memberi kepada orang lain.
Anak juga harus dididik agar tidak terlalu banyak bicara, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, dan tidak mudah bersumpah meskipun dia benar. Adab-adab ini penting untuk diamalkan khususnya ketika mereka berhadapan dengan orangtua, guru ataupun orang lain yang lebih tua.

6. Aspek ibadah

Dalam masalah ibadah orangtua hendaknya memperhatikan ibadah anak-anaknya. Imam Al-Ghazali mengingatkan agar orangtua membiasakan anaknya dalam keadaan bersuci (dawâm al-thahârah), mendirikan shalat, berpuasa Ramadhan sesuai kemampuan. Pembiasaan ibadah sejak kecil ini penting untuk dilakukan agar ketika si anak dewasa dia sudah terbiasa melaksanakan perintah Allah dengan senang hati.
Meski ditulis puluhan abad yang lalu rumusan pendidikan anak menurut Imam al-Ghazali ini masih sangat relevan untuk saat ini. Pendidikan anak yang menyatukan aspek adab, ilmu, kedisiplinan, kesehatan, sosial dan spiritual. Setiap orangtua harus memperhatikan masalah pendidikan anak jika ingin melihat anaknya menjadi pelipur lara (qurrata a’yun) yang dibanggakan. Seperti kata Raja Ali Haji dalam Gurindam 12 “Dengan anak janganlah lalai, supaya boleh naik ke tengah balai”.

Wallâhu a’lam bis shawâb

Source :  http://www.ponpes-attaqwa.com/pendidikan-anak-menurut-imam-al-ghazali/

FB

Tweet GN

Live Trafic Feed ..

Flag Counter

Nasehat

Kita Mampu

CARA BUAT BLOG

Perjuangan anak agar bisa sekolah

Sedih sampai nagis tengok ni..

Dikirim oleh Puteri Tiara Elisha pada 15 Januari 2015

Perjuangan

Perlombaan ini Seru Banget Nih!

Dikirim oleh Videofb pada 4 April 2016