Bismilah

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

.....

" MADING GEMA NURANI " __ Jl.Raya Kaliabang Tengah No.75 B Bekasi 17125 Phone 021 88871329 __ ** Ikhlas Melayani Mendidik Sepenuh Hati **

AL QURAN

Cari .....

Minggu, 29 Mei 2016

Ibu Memang Madrasah Pertama Sang Buah Hati, Tapi Ayahlah Kepala Sekolahnya

Sahabat Ummi, jika kita bicara tentang anak, nama ibu pasti dibawa-bawa. Apalagi kalau anak sudah membuat ulah, memecahkan kaca jendela tetangga, cabut dari sekolah, nongkrong sampai larut malam di luar rumah, dan lain-lain. Saat itu terjadi kita akan berteriak, “Ibunya mana, nih? Bisa enggak sih, mengurus anak?” 


Hal ini karena dogma yang berkembang di masyarakat, “ibu madrasah pertama seorang anak”. Ini benar, tidak diragukan lagi. Pertanyaannya, peran ayah bagaimana? Padahal, layaknya madrasah, proses belajar tidak akan berjalan sukses kalau tidak ada kepala sekolahnya. Itulah kenapa ungkapan di atas mestinya berbunyi “Ibu madrasah pertama seorang anak, dan ayah adalah kepala sekolahnya”. Nah, ini lebih adil. Masing-masing punya peran. Ayah jadi tahu, sebagai kepala sekolah di madrasah—yang namanya ibu, ia yang akan menentukan kesuksesan anaknya di masa depan. 
Kondisi saat ini, banyak “madrasah” yang tak punya “kepala sekolah”. Sebab, ayah yang seharusnya menjalankan tugas ini tak paham perannya. Jadilah ibu mengurus anak seorang diri tanpa orientasi, arahan, dan bimbingan dari “kepala sekolah”. Sehingga, mengasuh anak sekadar menghabiskan waktu, seraya berkeluh, “Mengasuh anak kok, susah banget, ya?” Kalau dihadapkan pada keluhan ini, biasanya saya menjawab, “Iya, mengasuh anak memang susah sebab hadiahnya adalah surga. Kalau mengasuh anak itu mudah, maka hadiahnya cumavoucher pulsa.” 
Jadi, sudah semestinya ayah menjalankan fungsinya di dalam rumah. Minimal ada 4 tugas “kepala sekolah” yang menjadi tanggung jawab ayah demi terwujudnya kualitas anak yang unggul, yaitu:
Membuat suasana aman dan nyaman sekolah
Menentukan visi dan misi
Melakukan evaluasi
Menegakkan aturan
Keempat hal inilah yang sejatinya harus ditunaikan oleh ayah sebagai bentuk kepedulian terhadap anak. Anak sebagai siswa didik merasakan kehadiran ayah sang kepala sekolah yang mengurus pertumbuhan mereka, baik secara fisik, psikis maupun spiritual. Begitu juga ibu, memiliki pemandu yang mengarahkan tercapainya tujuan pengasuhan. Ibu tak merasa dibiarkan seorang diri mengurus anak. Itulah kenapa, jika ayah hanya mengurusi masalah fisik rumah semisal genteng bocor, TV rusak, lampu mati, sejatinya bukanlah ayah kepala sekolah. Ia lebih tepat disebut ayah marbot atau penjaga sekolah!
Maka, wahai para Ayah, mari tingkatkan derajat diri menjadi ayah kepala sekolah.
Kita urai tugas pertama ayah sebagai kepala sekolah, yaitu membuat suasana sekolah aman dan nyaman. Kriteria utama sekolah yang baik adalah aman dan nyaman. Sekolah yang siswanya betah berlama-lama di dalamnya, fokus dalam belajar. Tidak suka nongkrong di luar, apalagi mencoba untuk kabur.
Dalam konteks pengasuhan, sekolah pertama bagi anak adalah ibu. Peran ibu sebagai sekolah tak lain memberikan rasa nyaman bagi anak agar betah berlama-lama di dekatnya. Menjadi tempat untuk curhat di saat anak resah dan mengadukan segala gundah. Utamanya, memberikan nilai pengajaran bagi anak agar tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Sulit bagi ibu membuat anak betah di sisinya bila ia tidak mendapatkan dukungan, mudah stres, dan hanyut dalam perasaannya sendiri. Ibu yang tak nyaman biasanya gampang marah. Emosinya meledak-ledak seperti petasan tahun baru. Alhasil, anak lebih betah nongkrong berlama-lama di mal, warnet, atau tempat hiburan lainnya. Malas untuk pulang bertemu ibunya, sebab terbayang akan bertemu dengan sosok yang seram dan angker. Inilah gejala munculnya mother distrust di kalangan anak-anak saat ini akibat ibu yang dirasa tak lagi memberikan kenyamanan bagi mereka. 
Semua itu terjadi disebabkan hilangnya peran ayah sebagai kepala sekolah. Ayahlah yang seharusnya berpikir untuk membuat suasana “sekolah” aman dan nyaman, membuat anak betah bersama ibunya. Dalam hal ini, tugas ayah adalah memperhatikan kebutuhan batin sang ibu. Hakikatnya, ibu akan bisa memberikan rasa nyaman kalau kebutuhan batinnya terpenuhi. Ada ruang baginya untuk bicara mengeluarkan isi hati dan pikirannya. 
Menurut sebuah penelitian, perempuan yang sehat jiwanya minimal mengeluarkan 7.000 kata per hari. Ibu yang jarang diajak bicara oleh ayah, bahasa tubuhnya tidak mengenakkan. Menyusui anak sambil resah. Tak mampu mendengarkan curhat anak. Tak sabar saat bicara sebab emosi yang tak terkontrol. Akibatnya, anak hanya dapat “sampah emosi” dari ibunya. Anak pun akhirnya lebih memilih menghindar dan menjauh dari ibunya. Inilah petaka pertama dalam pengasuhan, ketika ibu tak lagi dirindukan oleh buah hatinya.
Maka, tugas wajib ayah sebagai kepala sekolah adalah memberikan waktu dan ruang setiap hari bagi ibu untuk bicara sebagai upaya menyehatkan jiwanya. Dengarkanlah keluh kesahnya. Kalaupun ibu mau marah-marah dan menangis, silakan ke ayah saja. Ibarat kata, biarkan ibu membuang sampah emosinya kepada ayah agar ibu bisa memberi bunga cinta untuk anaknya. Sebab, ibu yang sehat jiwanya akan dapat menjalankan tugasnya sebagai sekolah terbaik bagi anak.
 Oleh Bendri Jasyurrahman
(Pendamping Keayahan, Direktur Kokoh Keluarga Indonesia)
source : http://www.ummi-online.com/ibu-memang-madrasah-pertama-sang-buah-hati-tapi-ayahlah-kepala-sekolahnya.html

Rabu, 25 Mei 2016

WASIAT SEORANG IBU KEPADA ANAK PEREMPUANNYA

Anjuran Berwasiat Kepada Calon Isteri

Anas mengatakan bahwasanya para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mempersembahkan (menikahkan) anak perempuan kepada calon suaminya, mereka memerintahkan kepadanya untuk berkhidmat kepada suami dan senantiasa menjaga hak suami.

Pesan Bapak Kepada Anak Perempuannya Saat Pernikahan

Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib mewasiatkan anak perempuannya, seraya berkata, “Jauhilah olehmu perasaan cemburu, karena rasa cemburu adalah kunci jatuhnya thalak. Juga jauhilah olehmu banyak mengeluh, karena keluh kesah menimbulkan kemarahan, dan hendaklah kamu memakai celak mata karena itu adalah perhiasan yang paling indah dan wewangian yang paling harum”.



Pesan Ibu Kepada Anak Perempuannya

Diriwayatkan bahwa Asma binti Kharijah Al-Farzari berpesan kepada anak perempuannya disaat pernikahannya, “Sesungguhnya engkau telah keluar dari sarang yang engkau tempati menuju hamparan yang tidak engkau ketahui, juga menuju teman yang engkau belum merasa rukun dengannya. Oleh karena itu jadilah engkau sebagai bumi baginya, maka dia akan menjadi langit untukmu. Jadilah engkau hamparan baginya, niscaya ia akan menjadi tiang untukmu.

Jadilah engkau hamba sahaya baginya, maka niscaya ia akan menjadi hamba untukmu. Janganlah engkau meremehkannya, karena niscaya dia akan membencimu dan janganlah menjauh darinya karena dia akan melupakanmu. Jika dia mendekat kepadamu maka dekatkanlah dirimu, dan jika dia menjauhimu maka menjauhlah darinya. Jagalah hidungnya, pendengarannya, dan matanya. Janganlah ia mencium sesuatu darimu kecuali wewangian dan janganlah ia melihatmu kecuali engkau dalam keadaan cantik. [1]

Pesan Amamah binti Harits Kepada Anak Perempuannya Saat Pernikahan.

Amamah bin Harits berpesan kepda anak perempuannya tatkala membawanya kepada calon suaminya, “Wahai anak perempuanku! Bahwasanya jika wasiat ditinggalkan karena suatu keistimewaan atau keturunan maka aku menjauh darimu. Akan tetapi wasiat merupakan pengingat bagi orang yang mulia dan bekal bagi orang yang berakal.

Wahai anak perempuanku! Jika seorang perempuan merasa cukup terhadap suami lantaran kekayaan kedua orang tuanya dan hajat kedua orang tua kepadanya, maka aku adalah orang yang paling merasa cukup dari semua itu. Akan tetapi perempuan diciptakan untuk laki-laki dan laki-lakai diciptakan untuk perempuan. Oleh karena itu, wahai anak perempuanku! Jagalah sepuluh perkara ini.

Pertama dan kedua : Perlakuan dengan sifat qana’ah dan mu’asyarah melalui perhatian yang baik dan ta’at, karena pada qan’aah terdapat kebahagiaan qalbu, dan pada ketaatan terdapat keridhaan Tuhan.

Ketiga dan keempat : Buatlah janji dihadapannya dan beritrospeksilah dihadapannya. Jangan sampai ia memandang jelek dirimu, dan jangan sampai ia mencium darimu kecuali wewangian.

Kelima dan keenam : Perhatikanlah waktu makan dan tenangkanlah ia tatkala tidur, karena panas kelaparan sangat menjengkelkan dan gangguan tidur yang menjengkelkan.

Ketujuh dan kedelapan : Jagalah harta dan keluarganya. Dikarenakan kekuasaan dalam harta artinya pengaturan keuangan yang bagus, dan kekuasaan dalam keluarga artinya perlakuan yang baik.

Kesembilan dan kesepuluh : Jangan engkau sebarluaskan rahasianya, serta jangan engkau langgar peraturannya. Jika engkau menyebarluaskan rahasianya berarti engkau tidak menjaga kehormatannya. Jika engkau melanggar perintahnya berarti engkau merobek dadanya. [2]

Bahwasanya keagungan baginya yang paling besar adalah kemuliaan yang engkau persembahkan untuknya, dan kedamaian yang paling besar baginya adalah perlakuanmu yang paling baik. Ketahuilah, bahwasanya engkau tidak merasakan hal tersebut, sehingga engkau mempengaruhi keinginannya terhadap keinginanmu dan keridhaannya terhadap keridhaanmu (baik terhadap hal yang engkau sukai atau yang engkau benci). Jauhilah menampakkan kebahagiaan dihadapannya jika ia sedang risau, atau menampakkan kesedihan tatkala ia sedang gembira.

Tatkala Ibnu Al-Ahwash membawa anak perempuannya kepada amirul mukminin Ustman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, dan orang tuanya telah memberinya nasihat, Ustman berkata, “Pondasi mana saja, bahwasanya engkau mengutamakan perempuan dari suku Quraisy, karena mereka adalah perempuan yang paling pandai memakai wewangian daripada engkau. Oleh karena itu perliharalah dua perkataan : Nikahlah dan pakailah wewangian dengan menggunakan air hingga wangimu seperti bau yang ditimpa air hujan.

Ummu Mu’ashirah menasihati anak perempuannya dengan nasihat sebagai berikut (sungguh aku membuatnya tersenyum bercampur sedih): Wahai anakku.. engkau menerima untuk menempuh hidup baru… kehidupan yang mana ibu dan bapakmu tidak mempunyai tempat di dalamnya, atau salah seorang dari saudaramu. Dalam kehidupan tersebut engkau menjadi teman bagi suamimu, yang tidak menginginkan seorangpun ikut campur dalam urusanmu, bahkan juga daging darahmu. Jadilah istri untuknya wahai anakku, dan jadilah ibu untuknya. Kemudian jadikanlah ia merasakan bahwa engkau adalah segala-galanya dalam kehidupannya, dan segala-galanya di dunia.

Ingatlah selalu bahwasanaya laki-laki anak-anak atau dewasa memiliki kata-kata manis yang lebih sedikit, yang dapat membahagiankannya. Janganlah engkau membuatnya berperasaan bahwa dia menikahimu menyebabkanmu merasa jauh dari keluarga dan sanak kerabatmu. Sesungguhnya perasaan ini sama dengan yang ia rasakan, karena dia juga meninggalkan rumah orang tuanya, dan keluarga karena dirimu. Tetapi perbedaan antara dia dan kamu adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan perempuan selalu rindu kepada keluarga dan tempat ia dilahirkan, berkembang, besar dan menimba ilmu pengetahuan. Akan tetapi sebagai seorang isteri ia harus kembali kepada kehidupan baru. Dia harus membangun hidupnya bersama laki-laki yang menjadi suami dan perlindungannya, serta bapak dari anak-anaknya. Inilah duaniamu yang baru.

Wahai anakku, inilah kenyataan yang engkau hadapi dan inilah masa depanmu. Inilah keluargamu, dimana engkau dan suamimu bekerja sama dalam mengarungi bahtera rumah tannga. Adapun bapakmu, itu dulu. Sesungguhnya aku tidak memintamu untuk melupakan bapakmu, ibumu dan sanak saudaramu, karena mereka tidak akan melupakanmu selamanya wahai buah hatiku. Bagaimana mungkin seorang ibu melupakan buah hatinya. Akan tetapi aku memintamu untuk mencintai suamimu dan hidup bersamanya, dan engkau bahagia dengan kehidupan berumu bersamanya.

Seorang perempuan berwasiat kepada anak perempuannya, seraya berkata, “Wahai anakku, jangan kamu lupa dengan kebersihan badanmu, karena kebersihan badanmu menambah kecintaan suamimu padamu. Kebersihan rumahmu dapat melapangkan dadamu, memperbaiki hubunganmu, menyinari wajahmu sehingga menjadikanmu selalu cantik, dicintai, serta dimuliakan di sisi suamimu. Selain itu disenangi keluargamu, kerabatmu, para tamu, dan setiap orang yang melihat kebersihan badan dan rumah akan merasakan ketentraman dan kesenangan jiwa”.


sumber http://www.cintaislami.com/berita/nasihat-yang-indah-untuk-kaum-wanita.html

Selasa, 24 Mei 2016

Irwandi Jaswir: Ilmuwan Indonesia yang Mengharumkan Nama Malaysia di Dunia

Irwandi Jaswir

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Irwandi Jaswir
Irwandi Jaswir.jpg
Tanggal lahir20 Desember 1970 (umur 45)
Bendera Indonesia MedanSumatera Utara
KebangsaanBendera Indonesia Indonesia
Alma mater- University of British Columbia, Kanada
- Universitas PertanianMalaysia
Institut Pertanian Bogor
PekerjaanIlmuwan
Pengajar
Dikenal karenaAhli BioteknologiInternasional
AgamaIslam
Dr. Irwandi Jaswir (lahir di MedanSumatera Utara20 Desember 1970; umur 45 tahun) adalah seorang ilmuwan dan ahli bioteknologi Indonesia. Ia bekerja sebagai koordinator riset di Halal Industry Research Centre, Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM), Kuala Lumpur.[1]

Riwayat[sunting | sunting sumber]

Kehidupan pribadi[sunting | sunting sumber]

Irwandi lahir di Medan, Sumatera Utara dari orangtua yang berasal dariSumatera Barat. Dia menikah dengan Fitri Octavianti yang berkarier sebagai dokter gigi dan telah dikarunia empat orang anak.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Karier[sunting | sunting sumber]

  • Head Department dan Deputy Dean (Student Affairs) Universitas Pertanian Malaysia
  • Assistant Professor di Departemen Bioteknologi, Universitas Islam Internasional Malaysia, Kuala Lumpur (2001)
  • Peneliti tamu di National Food Research Institute (NFRI), Tsukuba, Jepang di bidang Bioteknologi Pangan

Prestasi[sunting | sunting sumber]

Irwandi pernah jadi pemenang ke-2 pada ajang "Anugerah Saintis Muda Asia Pasifik 2009" di BangkokThailand yang diprakarsai oleh Scopus (situs basis data pencarian jurnal ilmiah dan indeks kutipan terbesar di dunia) dan melalui penilaian dari tim juri yang terdiri dari profesor dan pakar bertaraf internasional. Dia bersaing dengan puluhan peneliti muda lainnya dari 23 negara Asia Pasifik, diantaranya JepangChinaSingapuraAustraliaMalaysiaIndiaTaiwanHongkong,Thailand dan lain-lain. Sesuai dengan keahliannya, Irwandi berkompetisi di bidang pertanian dan sumber daya alam pada ajang tersebut.[2]
Pada tahun 2010, Irwandi kembali mendapatkan penghargaan yang bergengsi lainnya, yaitu Best Innovation Award pada forum World Halal Research Summit (WHRS) 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia dengan karya risetnya yang berjudul Nano-Structural Properties of Alternative Collagen for Halal Industry (Sifat Struktur-Nano Kolagen Alternatif untuk Industri Halal). Ajang tahunan yang terkait dengan industri halal itu diikuti oleh ratusan peneliti dari seluruh dunia dan hanya memilih tiga orang sebagai yang terbaik. Irwandi Jaswir yang telah bergelar profesor sejak tahun 2009 itu juga telah menghasilkan puluhan artikel ilmiah di jurnal dan konferensi internasional serta puluhan artikel ilmiah populer di berbagai media massa dan lima artikel bab buku (book chapter) di buku ilmiah internasional.[3]

Kegiatan lain[sunting | sunting sumber]

  • Sekjen Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) se-Malaysia
  • Presiden Persatuan Pelajar Indonesia se-Malaysia
  • Penulis di Tabloid Bola

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

Sudah puluhan penghargaan keilmuan bertaraf internasional yang berhasil diraihnya, diantaranya:
  • Peneliti Terbaik International Islamic University Malaysia (IIUM). (2004)
  • Medali Perak pada "16th International Invention Innovation Industrial Design & Technology Exhibition" (ITEX 2005) di Kuala Lumpur. (2005)
  • Nominee "Selangor Young Scientist Award" di Malaysia. (2006)
  • Medali Emas pada "The 34th International Exhibition of Inventions, New Techniques and Products of Geneva" dengan riset: Rapid Method for Detection of Non-halal Substances in Food. (2006)
  • Medali Perak pada "The 34th International Exhibition of Inventions, New Techniques and Products of Geneva" dengan riset: Novel Rapid Analytical Techniques for Fats and Oils Industry. (2006)
  • Medali Perak "Anugerah Saintis Muda Asia Pasifik 2009" di Bangkok, Thailand. (2009)
  • Best Innovation Award dalam forum ilmiah "World Halal Research Summit 2010" dengan riset: "Nano-Structural Properties of Alternative Collagen for Halal Industry" di Kuala Lumpur Convention Centre. (2010)
  • Dosen Terbaik di International Islamic University Malaysia (IIUM) (2010)
  • Penghargaan Habibie Award periode XV tahun (2013)[4].
  • LIHAT VIDEO YOUTOBE di Link ini  https://youtu.be/chFS0XZiA1A dan https://youtu.be/jsM7ZsAwRRA

Amalkan Doa Ini Agar Suami Cepat Mendapatkan Pekerjaan dan Jenjang Karirnya Bagus, InsyaAllah!


Seorang suami ditakdirkan menjadi pemimpin keluarganya. Beberapa kewajiban pun harus dilakukan laki-laki agar bisa menjalankan perannya sebagai kepala rumah tangga yang baik. Termasuk dalam hal mencari nafkah. Namun apa jadinya ketika suami Anda ternyata tidak bekerja, dan bagaimana caranya menjalankan kewajibannya memberi nafkah untuk istri dan anaknya?

Banyak hal mengerikan ketika suasana seperti ini terjadi. Peristiwa yang kerap melanda keluarga dengan kondisi demikian adalah pertengakaran antara suami istri yang tiada hentinya. Alhasil keluarga sakinah, mawadah, warohmah yang diimpikan pun hanya tinggal angan-angan belaka.

Suami adalah pemimpin keluarga bukan sekadar omongan, tapi juga dinaskan dalam kitab pemeluk agama Islam, Al Quran, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Ta’ala: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” (QS. 4:34), Maksudnya adalah sebagai pemimpin terhadap istri dan keluarganya dalam pengajaran, pengaturan, penjagaan, pemeliharaan dan yang memegang kendali keluarga. Di pundaknya tanggung jawab memberikan nafkah kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal. Sementara, Istri bertanggungjawab dalam melayani suami dan menjaga kehormatan dirinya serta harta suaminya.

Sebenarnya tidak salah jika seseorang yang telah baligh dan telah bertemu dengan jodohnya segera melangsungkan pernikahan. Pernikahan bagi yang sudah baligh justru malah harus disegerakan, karena ia dapat menjaga seseorang dari terjerumus ke dalam zina. Seperti dikutip dari kabarmakkah.com, di dalam Islam tidak ada syarat bahwa calon suami harus mapan dulu secara ekonomi untuk menikahi calon istrinya.
Pernikahan justru pembuka awal pintu rezeki.

Pernah dahulu, putri Abu Bakar R.A yakni Asma R.A bercerita:
“Ketika saya menikah dengan Zubair, dia tidak memiliki harta apa pun. Tidak mempunyai tanah, tidak mempunyai pembantu untuk meringankan perkerjaan juga tidak memiliki sesuatu apa pun. Dia hanya memiliki seekor kuda dan seekor unta yang setiap hari harus saya bawakan rumput dan minumnya….” (HR. Bukhari)

Begitulah gambaran pernikahan di zaman Rasulullah SAW. Asma binti Abu Bakar R.A tidak menolak pinangan Zubair R.A yang tidak memiliki sesuatu apa pun kecuali seekor kuda dan unta. Namun perlu kita lihat di sini bahwa Asma R.A menjalani kehidupan rumah tangganya tanpa keluh kesah apalagi marah-marah. Ia sabar mencarikan rumput dan mengambilkan air untuk makan dan minum kedua hewan peliharaan suaminya.

Kesabaran ini akhirnya membuahkan hasil, Allah SWT membukakan pintu rezekinya bagi keluarga Asma R.A. Ketika Rasulullah SAW hijrah ke madinah, beliau telah menghadiahkan sebidang tanah kepada Zubair R.A sehingga bisa ditanami pohon-pohon kurma di atasnya. Ayahnya Asma R.A pun memberikan seorang pembantu yang dapat meringankan pekerjaannya. Akhirnya kehidupan keluarga Asma R.A berangsur-angsur membaik. Kesabaran inilah yang harus kita tiru jika suami kita saat ini masih menganggur. Sabar berdo’a dan sabar berikhtiar membantu mencari jalan keluar pemasukan bagi rumah tangga. Lalu jangan lupa untuk mensyukuri rezeki sekecil apa pun yang dibawa pulang suami.

Janganlah selalu merasa kurang, karena Dia Maha Mengetahui seberapa besar kebutuhan kita. Kita harus ingat akan firman-Nya bahwa jika kita bersyukur maka Dia akan menambah ni’mat-Nya, sedangkan jika kita kufur maka adzab-Nya sangatlah pedih.

Namun faktanya banyak istri yang tidak sabar menghadapi suaminya yang masih menganggur. Alih-alih berdo’a dan berusaha mencari jalan keluar, mereka selalu menyalahkan suami akan himpitan ekonomi yang dihadapinya sekarang ini. Sering pula istri marah sambil mengeluarkan kata-kata kasar, misalnya: “Dasar suami tak becus, tak berguna!”

Kata-kata ini tentunya akan menyakiti perasaan suami dan menyulut emosinya hingga tak jarang rumah tangga yang masih seumur jagung berakhir dengan perceraian. Jadi untuk para istri yang suaminya masih menganggur, berdo’alah pada Allah! marah bukanlah solusi.

Allah SWT tidak akan membebani seseorang dengan beban yang tidak mampu dipikulnya. Insya Allah do’a yang dipanjatkan dan ikhtiar yang terus digulirkan untuk meraih rezeki yang halal akan membukakan pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Rutinkanlah membaca do’a di bawah ini di waktu-waktuyang mustajab. Mudah-mudahan Allah SWT mengabulkan do’a ini sehingga suami Anda segera mendapatkan pekerjaan. Aamiin.

Inilah Doanya:

    “Allahumma yaa ghaniyyu ya hamiid ya mubdiu ya muiid ya rahiimu ya waduud aghnina bihalaalika’an haraamika wa bifadhlika ‘amman siwaaka.”
Artinya:


Ya Allah Tuhanku yang Maha Kaya dan Maha Terpuji. Tuhan yang menakdirkan dan yang mengembalikan, yang Maha Kasih dan Maha Kasih Sayang. Berilah aku kekayaan harta yang Engkau halalkan bukan yang Engkau haramkan. Berilah aku kelebihan dari yang lain dengan berkah karuniaMu.

Senin, 23 Mei 2016

Pengelolaan Masjid Modern


Oleh : Dr Amir Faishol Fath

Jamaah lebih bersemangat mengamanahkan hartanya*.. pun kalau saldo Masjid masih jutaan ya Maaf kalau infak jamaahnya nggak semangat..

Wifi di masjid Jogokariyan sudah tahun 2004.. dan itu "gratis-tis"  Sehingga Jamaah baik dari anak-anak maupun dewasa tidak perlu repot-repot ke WarNet yang sangat memungkinkan mereka untuk membuka situs yang bukan-bukan.. Kami juga menyediakan *langgar olahraga atau bermain* yang terdapat alat olahraga seperti tenis meja dll.. sehingga anak-anak atau remaja atau pemuda yang ingin bermain atau berolahraga di Jogokariyan bisa kerasan atau betah.. timbang "mereka" main atau ber-olahraga diluar masjid yang biasanya waktu mereka saat itu bertabrakan dengan waktu shalat..  Dan Alhamdulillah.. biasanya kami menyediakan setidaknya 1000 piring sebagai menu buka puasa di Bulan Ramadhan.. juga secara gratis-tis untuk para Jama'ah..

Masjid Jogokariyan pada 2005 juga meng-inisiasi *Gerakan Jamaah Mandiri..*Jumlah biaya setahun dihitung.. dibagi 52.. ketemu biaya pekanan.. dibagi lagi dengan kapastas masjid.. lalu ketemu biaya per-tempat shalat.. Setelah itu disosialisasikan.. Jamaah diberitahu bahwa jika dalam sepekan mereka ber-infak dengan jumlah "segitu" maka dia Jamaah Mandiri.. adapun jika berinfak lebih.. maka dia termasuk Jamaah Pensubsidi.. Tetapi.. jika dia tidak ber-nfak atau berinfak kurang maka dia termasuk Jamaah di Subsidi..  sosialisasi ditutup dengan kalimat..: "Doakan kami tetap mampu melayani ibadah anda sebaik-baiknya.."

Gerakan Jamaah Mandiri Alhamdulillah sukses menaikkan infak pekanan Masjid Jogokariyan hingga 400%.. Toh ternyata orang malu jika ia beribadah tapi disubsidi..  Demikianlah jika peta.. data.. dan pertanggungjawaban keuangan masjid transparan.. sehingga infak 1000 rupiah pun kita tahu kemana alirannya tanpa diminta pun jamaah akan berpartisipasi.. Dan _tiap kali renovasi Masjid_.. Takmir Masjid berupaya tak membebani jamaah dengan Proposal.. sebab Takmir *hanya pasang spanduk..: "Mohon Maaf Ibadah Anda Terganggu, masjid Jogokariyan sedang Kami Renovasi.." Nomor rekening tertera di bawah..*

Dan sejak tahun 2005 Masjid Jogokariyan sudah menjalankan program *Universal Conference Insurance*.. dimana seluruh Jamaah Masjid bisa berobat di Rumah sakit atau klinik manapun secara Gratis-tis dengan membawa Kartu Sehat Masjid Jogokariyan.. Dan kami juga biasa *memberi hibah Umrah bagi jamaah yang betul-betul rutin Jamaah Shalat Shubuh di Masjid Jogokariyan. Inilah beberapa output dari program Masjid Mandiri.. artinya semua yang dari jamaah akan kembali ke Jamaah..

Satu kisah lagi tuk menunjukkan pentingnya data dan dokumentasi..  Masjid Jogokariyan punya foto pembangunannya di tahun 1967.. gambarnya seorang Bapak sepuh berpeci hitam.. berbaju batik.. dan sarungan sedang mengawasi para tukang pengaduk semen tuk Masjid Jogokariyan Di tahun 2002/2003 Masjid Jogokariyan direnovasi besar-besaran.. kemudian foto itu dibawa kepada putra si kakek dalam gambar.. putranya seorang juragan kayu.. Kami katakan pada Putra kakek yang ada di foto tadi..: "Ini gambar Ayahanda Bapak ketika membangun Masjid Jogokariyan, kini Masjid sudah tak mampu lagi menampung Jamaah, sehingga kami bermaksud merenovasi masjid, Jika berkenan tuk melanjutkan amal jariyah Ayahanda Bapak, kami tunggu partisipasi bapak di Jogokariyan.."


Alhamdulillah.. foto tua tahun 1967 itu membuat yang bersangkutan nyumbang RP 1 Miliar dan MAU menjadi Ketua Tim Pembangunan Masjid Jogokariyan sampai sekarang.. Ajib.. Foto tua yang telah dibingkai indah itu ternyata "seharga" 1 Miliar.. So.. kapan mau ke Masjid Jogokariyan..? Kita sdh koq .... 😊

Rabu, 18 Mei 2016

Kekerasan Seksual dan Pergaulan Bebas

Indonesia Darurat Kejahatan Seksual
Fenomena mencuatnya “ kekerasan sexual dan pengaruh pergaulan bebas " Dua pekan terakhir masyarakat dikagetkan dengan kejadian berita buruk di media sosial dan pemberitaan media elektronik. Jamak orang tua pada resah,  khawatir dan pada ketakutan mendengar info kerusakan moral akhlak yg baru2 ini ramai dibicarakan.
Apa yang salah? ...,  dari mana benang kusut itu akan diurai? Bagaimana solusi jalan keluar dari kemerosotan akhlak dan degradasi moral masyarakat Indonesia?..... Siapa yang harus bertanggung jawab?
Miris dan merinding bulu kuduk ini mendengar dan membaca berita yg memilukan itu...Apa yg harus kita lakukan? Jangan hanya diam, mengecam dan mencerca saja !!!..... Kemana hati nurani dan rasa kemanusiaan ini ?  kezhaliman dan kelaliman merajalela, menyayat dan mengiris-ngiris..., pilu hati ini... sedih..., sungguh kejam dan biadab tak punya hati nurani dan kemanusiaan.
Orang tua harus meningkatkan kewaspadaanya dan harus extra hati-hati. Pimpinan Informal di masyarakat seperti RT, RW, Pengurus DKM dan juga pihak sekolah bahu-membahu kerja sama mengawal generasi muda agar tidak terjerumus menjadi pelaku ataupun korban dari keganasan pengaruh hawa nafsu jahat kekerasan sexual.
Buat surat edaran di bagikan ke warga ditandatangani Ketua RT, RW, Pengurus DKM dan pihak sekolah. Bersepakat membuat aturan dari rumah, rukun tetangga, rukun warga untuk membentengi dan menjaga anak-anak kita dari pengaruh negatif pergaulan dan tontonan serta dampak buruk pemakaian gadget. Misalnya: Setelah shalat maghrib tidak boleh keluar malam dan tidak menyalakan TV, diatur kapan saatnya menggunakan HP/gadget atau tidak diperbolehkan sama sekali.

Kamis, 12 Mei 2016

Menjaga Investasi Surga

“Seyogyanya menanamkan aqidah yang benar dan akhlak yang baik pada anak menjadi profesi utama orang tua”

Membersamai tumbuh kembang anak bukanlah hal yang mudah. Perlu energi fisik dan psikis yang cukup besar. Belum lagi jika berbagai tuntutan lain seperti pekerjaan ataupun kegiatan sosial juga menjadi pilihan, tentu akan menghadirkan sebuah dilema. Sebelum penyesalan tiba, patutlah jika makna keberadaan sang buah hati dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Juga sebagai pengobat kala lelah mulai menghinggapi hati dalam menjaga amanah sang buah hati.


Kehadiran amanah seorang anak merupakan sebuah anugerah. Tidak sedikit pasangan yang sudah lama menikah, namun belum juga mendapatkan karunia seorang momongan. Bahkan sekelas nabi Ibrahim pun merasakan betapa kehadiran anak sangat dinantikan dan selalu diharapkan melalui rahmat dan kasih sayang Allah. Hal ini menandakan banyak sekali hal yang bisa didapatkan dari sesosok buah hati.

Kehadiran anak sholeh merupakan dambaan setiap orang tua. Darinya amal akan tetap mengalir meskipun hayat tak lagi dikandung badan. Layaknya menanam pohon, perlu adanya lahan yang subur dan penjagaan yang baik agar kelak benar-benar berbuah dan menghasilkan banyak manfaat. Seperti inilah kiranya mengahadirkan anak sholeh di tengah keluarga. Perlu adanya lingkungan baik yang melingkupi pertumbuhannya.

Terkait hal ini sudah pasti orang tua harus mau menyediakan diri untuk membersamai setiap jengkal pertumbuhan dan perkembangan sang anak. Memastikan bahwa setiap hal yang diterima sang anak adalah input yang baik dan menyehatkan fisik serta mental. Bukan berupa racun yang justru akan menghambat atau bahkan merusak tumbuh kembang sang anak.

Tanggung jawab memperkenalkan aqidah yang benar sejak dini tidak bisa serta merta dipindah tangankan pada orang lain. Orang tua secara mutlak harus menanggung penumbuhan aqidah seutuhnya. Adapaun keberadaan guru ataupun orang lain merupakan pendukung kala keterbatasan akan pengetahuan orang tua menghalangi proses pengenalan aqidah.

Begitu pula dengan pembentukan akhlak. Akhlak mulia tidak akan pernah ada tanpa pembiasaan. Pembiasaan pun tidak akan pernah hadir tanpa contoh yang baik. Maka, sudah sepantasnya mencontohkan akhlak islam sesuai tuntunan Rasulullah dalam berbagai kegiatan merupakan sebuah keharusan. Mulai dari tata cara makan, minum, tidur, ke toilet, dan berbagai aktivitas harian lainnya.

Jika untuk urusan membangun aqidah yang benar dan melakukan pembiasaan akhlak mulia ini orang tuapun enggan, maka siapa lagi yang mau peduli untuk melaksanakannya. Padahal sudah jelas kehadiran anak sholeh merupakan investasi yang sangat berharga melebihi dunia dan seisinya. Maka, jika nafsu mengumpulkan harta sudah terlalu dalam menguasai hati para orang tua dapat dibayangkan betapa besar kerugiannya. Apalagi, jika mengejar karir dan meninggalkan berbagai kewajiban membersamai tumbuh kembang anak atas nama gengsi, sungguh celaka adanya.

Marilah kembali mengingat bahwa pencarian nafkah sejatinya adalah untuk membantu mempermudah proses tumbuh kembang anak yang bersifat materi. Namun, jika dalam prosesnya justru membuat anak kehilangan sosok ayah ataupun ibu yang dapat menghancurkan masa depan anak, tentu perlu adanya pengkajian ulang. Semua itu adalah pilihan bagi orang tua. Karena sejatinya anak pun memiliki sisi lain yang dapat menjerumuskan orang tua.

Jelas tertulis dalam al quran bahwa anak merupakan fitnah yang dianugerahkan untuk menjadi ujian bagi orang tuanya. Inilah sisi lain dari keberadaan anak. Maka, jika orang tua bisa berhati-hati  dan mau berjuang sebaik-baiknya untuk menghadapi setiap ujian yang didatangkan Allah melalui perantara anak, surga adalah hasilnya. Sebaliknya, jika perkara ini dianggap sepele dan dibiarkan mengalir begitu saja, jelas sudah neraka akan menjadi tempat penampungan akhirnya.

Ujian keberdaan anak bisa melalui berbagai kekurangan yang ada atau bahkan kelebihan yang menyertainya. Kekurangan yang dianugerahkan Allah pada anak akan sangat menguji kesabarab bagi orang tuanya. Keluh dan umpatan atas segala kekutrangan anak adalah pertanda gagalnya kita sebagai orang tua menjalani ujian. Pula, ketika kelebihan yang ada pada anak tidak disyukuri dengan cara yang baik, maka lepaslah janji syurga dari Allah untuk orang tua.

Inilah sedikit renungan yang setidaknya bisa kita pahami bersama. Kita rasakan betapa terlalu besar janji Allah bagi orang tua yang berusaha sepenuh tenaga menjaga keberdaan anak sebagai amanah titipan-Nya. Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita sebagai orang tua untuk menjaga investasi syurga. [Hasan]


“Anak merupakan ujian kesabaran dan kesyukuran bagi kedua orang tuanya”

MajalahEmbun

Selasa, 10 Mei 2016

HARGA SEBUAH NILAI DIRI

UANG 100 RIBU RUPIAH
Seorang guru mengangkat uang 100 ribu rupiah di depan murid-muridnya
Lalu ia bertanya:

"Siapa yang mau uang ini?"





Semua murid mengangkat tangan mereka, tanda ingin.....
Kemudian guru itu meremas uang 100 ribu itu dengan tangannya dan kembali bertanya : "Sekarang siapa yang mau uang ini?"
Kembali semua murid mengangkat tangannya.

Selanjutnya ia melemparkan uang itu kelantai dan menginjak-injaknya dengan sepatunya, sampai uang itu jadi kotor. Setelah betul-betul kotor oleh debu ia berkata : "Sekarang siapa yang mau uang ini?"
Tetap saja seluruh murid mengacungkan tangan mereka.

Saat itulah sang guru memasukkan pelajarannya : "Inilah pelajaran kalian hari ini. Betapapun kalian berusaha merubah bentuk uang ini tidak akan berpengaruh kepada nilainya.

Bagaimanapun kalian dihinakan, diremehkan, direndahkan, dilecehkan, dinistakan ataupun bahkan difitnah, kalian harus tetap yakin bahwa nilai hakiki kalian tidak akan pernah tersentuh.

Ketika itu kalian akan tetap berdiri kokoh setelah terjatuh. Kalian akan memaksa seluruh orang untuk mengakui harga dirimu. Bila kalian kehilangan kepercayaan terhadap diri kalian sendiri dan nilainya, saat itulah kalian kehilangan segala-galanya.."

Semoga bermanfaat.....

Senin, 09 Mei 2016

Nabi Muhammad Diutus Untuk Menyempurnakan Akhlak Mulia

Oleh : Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk mengajak manusia agar beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja dan memperbaiki akhlak manusia. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَ.ا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [3]
Sesungguhnya antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang Muslim berarti semakin kuat imannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ.
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.” [4]
Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ.
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor.” [5]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً…
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya…” [6]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Surga, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ؟ فَقَالَ: اَلْفَمُ وَالْفَرْجُ.
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Dan ketika ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Neraka, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Lidah dan kemaluan.” [7]
Ahlus Sunnah juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, menganjurkan untuk bersilaturrahim, serta berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan Ibnu Sabil [8]. Mereka (Ahlus Sunnah) melarang dari berbuat sombong, angkuh, dan zhalim [9]. Mereka memerintahkan untuk berakhlak yang mulia dan melarang dari akhlak yang hina.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا.
“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.” [10]
Sungguh akhlak yang mulia itu meninggikan derajat seseorang di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ.
“Sesungguhnya seorang Mukmin dengan akhlaknya yang baik, akan mencapai derajat orang yang shaum (puasa) di siang hari dan shalat di tengah malam.”[11]
Akhlak yang mulia dapat menambah umur dan menjadikan rumah makmur, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
…وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيْدَانِ فِي اْلأَعْمَارِ.
“… Akhlak yang baik dan bertetangga yang baik keduanya menjadikan rumah makmur dan menambah umur.” [12]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah sebutkan dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” [Al-Qalam: 4]
Hal ini sesuai dengan penuturan ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقاً.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya.” [13]
Begitu pula para Sahabat Radhiyallahu anhum, mereka adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan di antara akhlak Salafush Shalih Radhiyallahu anhum, yaitu:
1. Ikhlas dalam ilmu dan amal serta takut dari riya’.
2. Jujur dalam segala hal dan menjauhkan dari sifat dusta.
3. Bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah dan tidak khianat.
4. Menjunjung tinggi hak-hak Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
5. Berusaha meninggalkan segala bentuk kemunafikan.
6. Lembut hatinya, banyak mengingat mati dan akhirat serta takut terhadap akhir kehidupan yang jelek (su’ul khatimah).
7. Banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, dan tidak berbicara yang sia-sia.
8. Tawadhdhu’ (rendah hati) dan tidak sombong.
9. Banyak bertaubat, beristighfar (mohon ampun) kepada Allah, baik siang maupun malam.
10. Bersungguh-sungguh dalam bertaqwa dan tidak mengaku-ngaku sebagai orang yang bertaqwa, serta senantiasa takut kepada Allah.
11. Sibuk dengan aib diri sendiri dan tidak sibuk dengan aib orang lain serta selalu menutupi aib orang lain.
12. Senantiasa menjaga lisan mereka, tidak suka ghibah (tidak menggunjing sesama Muslim).
13. Pemalu.[14]
Malu adalah akhlak Islam, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقاً وَخُلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْحَيَاءُ.
“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah malu.”[15]
Begitu juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اَلْحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْرٍ.
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata.” [16]
14. Banyak memaafkan dan sabar kepada orang yang menyakitinya.
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” [Al-A’raaf: 199]
15. Banyak bershadaqah, dermawan, menolong orang-orang yang susah, tidak bakhil/tidak pelit.
16. Mendamaikan orang yang mempunyai sengketa.
17. Tidak hasad (dengki, iri), tidak berburuk sangka sesama Mukmin.
18. Berani dalam mengatakan kebenaran dan menyukainya.[17]
Itulah di antara akhlak Salafush Shalih, mereka adalah orang-orang yang mempunyai akhlak yang tinggi dan mulia serta dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang yang mengikuti jejak mereka adalah orang-orang yang harus mempunyai akhlak yang mulia karena akhlak mempunyai hubungan yang erat dengan ‘aqidah dan manhaj. Semoga kita diberikan taufiq oleh Allah Azza wa Jalla dan diberikan kekuatan untuk dapat meneladani akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum.
Dan tidak boleh seseorang mengatakan: “Salaf itu tidak berakhlak.” Kalimat ini merupakan celaan terhadap generasi yang terbaik dari ummat ini. Adapun kesalahan dari akhlak tiap individu, maka tidak ada seorang manusia pun yang ma’shum kecuali Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]
_______
Footnote
[1]. Lihat Al-Baqarah: 83, al-Isra’: 53, an-Nuur: 27, 28, 58, dan yang lainnya.
[2]. Lihat di antaranya dalam QS. an-Nisaa’: 31, al-Hujurat: 11.
[3]. HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273 (Shahiihul Adabil Mufrad no. 207), Ahmad (II/381), dan al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 45).
[4]. HR. At-Tirmidzi (no. 1162), Ahmad (II/250, 472), Ibnu Hibban (at-Ta’liqaatul Hisaan ‘alaa Shahiih Ibni Hibban no. 4164). Lafazh awalnya diriwayatkan juga oleh Abu Dawud (no. 4682), al-Hakim (I/3), dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. At-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan shahih.”
[5]. HR. At-Tirmidzi (no. 2002) dan Ibnu Hibban (no. 1920, al-Mawaarid), dari Sahabat Abu Darda’ Radhiyallahu anhu. At-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih.” Lafazh ini milik at-Tirmidzi, lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 876).
[6]. HR. At-Tirmidzi (no. 2018), ia berkata: “Hadits hasan.” Hadits ini dari Sahabat Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu. Hadits ini ada beberapa syawahid (penguat), lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 791).
[7]. HR. At-Tirmidzi (no. 2004), al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no. 289), Shahiihul Adabil Mufrad (no. 222), Ibnu Majah (no. 4246), Ahmad (II/291, 392, 442), Ibnu Hibban (no. 476, at-Ta’liiqaatul Hisaan ‘alaa Shahiih Ibni Hibban), al-Hakim (IV/324). At-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih.” Dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
[8]. Lihat An-Nisaa’: 36.
[9]. Lihat Al-Israa’: 37; al-A’raaf: 36, 40; al-Anfaal: 47; Luqman:18; dan lainnya.
[10]. HR. Al-Hakim (I/48), dari Sahabat Sahl bin Sa’ad z. Dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi, lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Sha-hiihah (no. 1378).
[11]. HR. Abu Dawud (no. 4798), Ibnu Hibban (no. 1927) dan al-Hakim (I/60) dari Aisyah x. Dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi.
[12]. HR. Ahmad (VI/159), dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma.
[13]. HR. Al-Bukhari (no. 6203) dan Muslim (no. 2150, 2310) dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu.
[14]. Malu adalah akhlak yang mulia, yang tumbuh untuk meninggalkan perkara-perkara yang jelek sehingga menghalangi dia dari perbuatan dosa dan maksiyat, serta mencegah dia dari melalaikan kewajiban memenuhi hak orang-orang yang mempunyai hak. Lihat al-Hayaa’ fii Dhau-il Qur-aan al-Kariim wal Ahaadiits ash-Shahiihah oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly, cet. Maktabah Ibnul Jauzi, th. 1408 H.
[15]. HR. Ibnu Majah (no. 4181), Shahiih Ibni Majah (II/406 no. 3370), ath-Thabrani dalam Mu’jamush Shaghir (I/13-14, cet. Daarul Fikr), dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 940).
[16]. HR. Al-Bukhari (no. 6117) dan Muslim (no. 37 (60)), dari Sahabat ‘Imran bin Husain Radhiyallahu anhu
[17]. Diringkas dan disadur dari al-Wajiiz fii ‘Aqiidatis Salafish Shaalih (hal. 200-206) dan Min Akhlaaqis Salaf oleh Ahmad Farid, cet. Daarul ‘Aqiidah lit Turaats, th. 1412 H.

FB

Tweet GN

Live Trafic Feed ..

Flag Counter

Nasehat

Kita Mampu

CARA BUAT BLOG

Perjuangan anak agar bisa sekolah

Sedih sampai nagis tengok ni..

Dikirim oleh Puteri Tiara Elisha pada 15 Januari 2015

Perjuangan

Perlombaan ini Seru Banget Nih!

Dikirim oleh Videofb pada 4 April 2016