Salah satu impian saya sudah terpenuhi,
yaitu menjadi guru atau pengajar, saya telah menjalankan profesi tersebut
bahkan sebelum saya lulus sekolah dasar, saya teringat kembali masa itu dimana
saya sangat senang mengumpulkan anak-anak kecil selepas shalat maghrib. Saya
mengajarkan kepada mereka tentang pelajaran yang diajarkan di sekolah madrasah,
khususnya mengaji dan bahasa Arab dasar. Selebihnya, saya merasa ada panggilan
hati yang kemudian menjadikan diri saya sebagai pengajar jadi-jadian. Orangtua
saya tahu dan membiarkan saya berkembang seperti itu, mungkin karena diri saya
yang terobsesi untuk menjadi seorang guru. Berbekal papan tulis kayu berwarna
hitam dan beberapa kapur tulis, kami menjalani waktu petang kami dengan belajar
bersama. Para orantua yang anak-anaknya saya kumpulkan sangat mendukung
kegiatan ini, saya bersyukur ahwa mereka memberi saya kepercayaan meskipun
usiasaya masih sangat kecil untuk mengajar anak-anaknya. Mungkin karena saya
juga suka sekali menulis dan corat-coret di papan tulis, saya merasa memiliki
bakat menulis sejak saat itu, dan saya mencari media yang dapat menunjang hobi
sya itu, tidak lama saya terpikat pada kertas warna-warni dan bergambar kartun
serta buku diary, jadilah keduanya menjadi teman saya yang setiap hari selalu
menjadi tempat curahan hati. Melalui coretan-coretan di buku diary tersebut,
saya menceritakan kejadian yang saya alami baik yang menyenangkan, menyedihkan,
atau menyebalkan. Disamping itu, saya juga acapkali mengisi mading, yang
ketepatan mading tersebut adalah milik remaja masjid yang beranggotakan abang
saya dan para sahabatnya, tapi karena mading yang dipasang di halaman depan
rumah kami tersebut selalu kosong, saya selalu menghiasnya dengan berbagai
kreatifitas, dalam sekejap mading telah berisi dengan gambar-gambar yang telah
diwarnai crayon atau pensil warna, kartu ucapan, puisi, cerita bergambar, dan
lain sebagainya. Beranjak remaja kebiasaan menulis belum juga sirna, saya
selalu mencurahkan perasaan dalam buku diary, makanya saya selalu suka membeli
buku diary dengan berbagai macam jenis, dari yang berukuran kecil, sedang,
hingga besar seperti buku untuk belajar di sekolah. Pernah suatu kali saya
ditanya oleh seorang kawan,”mengapa suka menulis?” – saya hanya menjawab,
“karena saya suka melakukannya.” Hingga suatu masa, saya dikirim Abah saya
untuk melanjutkan pendidikan setingkat SMA di sebauh pondok pesantren di Jawa
Timur, saya masih menulis disela-sela waktu padat untuk belajar, padahal waktu
yang saya punya tidak seperti masa-masa sebelum saya belajar di pesantren. Saya
selalu rajin mengisi diary kesayangan saya, karena bagi saya, setiap pengalaman
selalu bernilai pelajaran untuk ditulis dan sayang untuk dilewatkan. Biasanya
saya menulis menjelang waktu tidur, saat lonceng pesantren berbunyi sepuluh
kali. Saya lakukan itu tahun demi tahun, sampai saya terpilih menjadi guru dan
mengabdi di pondok pesantren tersebut. Sahabat karib saya pernah mengatakan
bahwa dirinya senang melihat saya gemar menulis, lantaran dirinya belum bisa
menulis serajin saya, kami tertawa saat itu, ya.. saya mengagumi sahabat saya
itu juga, tentunya karena kelebihan yang dia punya. Kami saling menyanjung,
karena kami bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan kepada kami. Mulai dari
kangen rumah, olahraga, camping, pramuka, pidato, sampai saat saya memiliki
teman baru pun, saya tidak lupa untuk menceritakannya kembali di buku diary
yang mungkin tidak sama dari tahun ke tahun karena sudah penuh dengan curahan
hati saya. Terus terang saya merasa iri dengan mereka yang sangat produktif
dalam menulis, menuangkan gagasan, pikiran, hingga motivasi. Saya juga selalu
memburu aneka buku, demi mendapatkan referensi tulisan-tulisan yang indah,
penuh semangat, bersahabat, dan membuat diri saya terpacu untuk terus menulis.
Beberapa teman saya di pondok pesantren juga aktif menulis, menulis untuk
buletin kampus, dari yang ilmiah sampai fiksi, hati dan pikiran saya dipenuhi
dengan tanda tanya, kapan saya bisa produktif juga seperti mereka?
Saya pengagum tulisan-tulisan mereka,
sambil membaca tulisan mereka saya masih bergumam dalam hati, alangkah
nikmatnya jika tulisan kita dapat dibaca orang banyak dan didiskusikan ataupun
diperbincangkan. Jika ditelusuri, ternyata saya senang dengan buku bergaya
motivasi, dan saya pun juga tertarik dengan buku-buku bidang humaniora, yang
didalamnya terdapat pendidikan, sosial, politik, tasawuf, filsafat, psikologi,
sastra, dan seterusnya. Kesulitan yang saya alami adalah, saya tidak bisa
ekspresif dalam menulis cerita, hal ini berbeda saat saya menulis tentang pengalaman
pribadi yang saya rasa lebih mengalir, dan lebih mudah untuk dituliskan. Saya
juga senang menulis puisi, beberapa puisi yang saya tulis hanya saya unggah di
akun media sosial saya. Namun ada kalanya, kepercayaan diri saya luntur
seketika saat semangat menulis itu hampir padam, saya merasa seperti tak ada
ide lagi untuk menulis, perlu pencerahan, refreshing dan lain-lain. Fakta
berbicara lain, untuk menulis itu tidak membutuhkan alasan apapun, menulis ya
menulis saja, menulis karena jari jemarimu ingin terus bergerak, pikiranmu
ingin mencurahkan ide, membuat setiap huruf menjadi kata, dan setiap kata
menjadi kalimat, dari kalimat menjadi satu rangkaian indah dan penuh makna,
minimal untuk diri sendiri, dan lebih baik lagi jika bermanfaat untuk orang lain.
Saat kepercayaan diri saya berangsur memudar, beberapa hal dapat menjadi faktor
untuk mengembalikannya lagi, seperti saya akan mengingat kembali teman-teman
saya yang sudah memiliki karya dan prestasi dalam dunia tulis-menulis, tapi
lebih jauh, saya kembali percaya diri bukan untuk melahirkan karya ataupun
mengukir prestasi, saya hanya ingin membuktikan pada diri saya sendiri bahwa
saya mampu menulis sesuatu yang berguna, saya tidak ingin menyia-nyiakan
pemberian Tuhan berupa akal dan pikiran untuk digunakan sebaik-baiknya. Ada
beberapa hobi saya yang masih berkaitan dengan dunia tulis-menulis, saya juga
memiliki hobi jalan-jalan dan fotografi, dan saya ingin hobi saya tersebut
dapat membawa manfaat bagi orang lain. Dalam benak saya, menjadi penulis kreatif
memiliki akses tanpa batas, pun menceritakan pengalaman jalan-jalan akan sangat
berguna sebagai referensi para pembaca. Memberikan informasi baru dari sudut
pandang kita adalah hal yang menyenangkan, tak perlu mengharap balas apapun,
karena yang sejati adalah yang memberi tanpa pamrih. Anda tentu akan sangat
bahagia bila melihat hasil karya anda banyak dinikmati dan diminati oleh
orang-orang yang bahkan belum mengenal anda. Namun, dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa kesamaan dan kecondongan jiwa ataupun hati dapat menyatukan
manusia. Selain itu pula, dunia saya sangat dekat dengan kata-kata, menurut
hasil test finger print yang saya peroleh, diri saya adalah seorang yang
intuiting extrovert, tipe ini menganalisa bahwa saya adalah seorang yang memiliki
otak kreatif, saya memiliki kecenderungan dalam “permainan kata.” Saya sangat
senang menerjemahkan kata-kata bijak yang berasal dari dua bahasa asing seperti
bahasa Arab dan Inggris, bagi saya kesenangan semacam ini dapat memuaskan
batin, apalagi jika pesan yang ada didalamnya tersampaikan dengan baik kepada
para pembaca.
Dok. Fanpage Facebook "ثقف نفسك"
"Barangsiapa yang memiliki
akhlak dan budi pekerti, maka ia akan selalu hidup di hati selamanya"
Sepertinya apabila kita hidup tanpa membaca dan menulis tentu akan terasa
kurang lengkap, karena dengan dua hal ini menjadikan dunia kita penuh makna.
Meskipun begitu, keuntungan yang lain adalah sebuah tulisan akan bisa sangat
efektif bilamana tulisan tersebut dapat mengubah cara pandang si pembaca pada hal
yang lebih baik. Tulisan bisa berubah menjadi setajam pedang karena kekuatan di
setiap kata. Tulisan dapat menginspirasi sehingga mampu menyebarkan nilai-nilai
kebaikan pada sesama, disamping tulisan juga mampu mempengaruhi tingkah laku
manusia juga. Tradisi keilmuan di atas bumi yang kita pijak ini, telah
mengisyaratkan bahwa tulisan dapat melahirkan kekuatan, seperti seorang
panglima yang memiliki ribuan prajurit.
Tulisan memiliki daya, baik secara
lahir maupun batin. Kita tentu mengetahui bahwa orang-orang hebat pendahulu
kita dan orang-orang hebat yang masih hidup sampai sekarang, diantara mereka
adalah pemilik kekuatan kata, mereka memiliki karya tulis yang luar biasa,
sehingga banyak orang dipengaruhi oleh hasil pemikiran-pemikiran mereka.
Oleh karena itu, sebagai usaha saya untuk menunjang impian
menjadi penulis kreatif, saya kembali aktif menulis di media sosial pribadi
saya. Saya ingin impian ini dapat membantu saya untuk
melahirkan tulisan-tulisan yang memiliki spirit sehingga dapat menyentuh jiwa
pembacanya, berkarakter segar dan juga mendidik. Saya berpendapat bahwa menjadi
seorang penulis tidak terbatas ruang dan waktu, karena tulisan-tulisan yang
muncul dari pemikiran yang jernih dari seorang penulis akan dikenal dan
dikenang sepanjang masa. Menulis sama seperti mengabdi, menulis sebagai tanda
rasa syukur kepada Tuhan bahwa tidak ada lagi makhluk yang menulis selain
manusia yang memaksimalkan potensi dalam dirinya. Menulis berarti
mengaktualisasikan pengetahuan dari dalam benaknya ke dunia di luar dirinya,
kemudian lingkungannya. Menulis berarti membuktikan bahwa manusia adalah
makhluk Tuhan yang paling sempurna bentuknya, kemudia manusia dapat
memperhitungkan dirinya agar benar-benar terlihat memiliki nilai dan kualitas
yang layak. Menulis juga dapat menjadi sarana untuk mengenal diri kita sendiri.
Oleh karena itu, terkadang dari satu waktu, ide tulisan kita dapat berubah
dengan cepat. Menulis juga dapat memancing kita untuk menggali potensi-potensi
yang lain. Sejatinya menjadi penulis
itu akan jauh dari nilai-nilai matrialistis, karena bukan itu tujuan seorang
penulis yang idealis, ia hanya menuliskan apa yang terbersit dalam benaknya, ia
hanya menuliskan apa yang dibisikkan Tuhan kepadanya. Saya pernah mengalami
pengalaman yang tidak mengenakkan, sekitar lima - enam tahun yang lalu, saya memiliki
sebuah naskah buku yang saya tulis dalam bahasa Inggris, buku tersebut saya
peruntukkan untuk anak-anak yang memasuki usia sekolah formal, namun
disayangkan ide tersebut diikuti oleh teman saya, sehingga ia lebih dulu
menerbitkan buku dengan konsep yang sama dengan ide saya. Waktu berlalu, saya
mendapat pelajaran yang berharga dari pengalaman tersebut. Jangan takut
melangkah dan mengambil resiko, jika ingin meraih kesuksesan dan tau batas
diri. Sebuah tulisan ditulis bukanlah murni dari hasil pikiran manusia, setiap
ide dalam tulisan merupakan bentuk kerahiman Tuhan kepada umat manusia, karena
manusia memiliki akal yang menjadi pembeda dengan ciptaan Tuhan yang lainnya,
khususnya kaum penulis yang selalu mengasah daya pikir dan olah rasa untuk menulis
sesuatu yang benar-benar berharga. Saya mungkin tidak memiliki impian secantik
dan seindah yang lain, saya hanya ingin mewujudkan impian menjadi penulis ini
agar tidak tergerus oleh zaman. Sehingga anak-cucu saya bisa mewarisi bakat
ini, dan berupaya untuk melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan
sekarang. Menjadi penulis bukan ingin terlihat keren dan populer, karena
menjadi penulis adalah sebuah pengabdian yang mulia.
Jika kita menyadari bahwa ada hubungan
yang erat antara Tuhan, manusia dan alam, maka salah satu manusia itu adalah
penulis. Penulis sejati memiliki integritas dan loyalitas terhadap Tuhan dan
makhluk-Nya, ia bertanggungjawab untuk menyampaikan suatu kebenaran dan
mendatangkan kebaikan. Menyadari bahwa dirinya menulis bukan untuk siapapun
atau apapun, tapi ia menulis sebagai wujud dari pengabdiannya kepada Tuhan yang
telah memberi nikmat dalam kehidupan. Harapan saya kepada diri saya sendiri
adalah saya ingin menyebarkan semangat menulis pada teman-teman saya, keluarga,
dan murid-murid saya, dan harapan kepada para pembaca yaitu, mereka dapat
memahami dan mengambil pengalaman dari setiap pesan yang saya tuliskan, dan
menyebarkannya kembali sebagai manfaat bagi sesama, dan menjadi bukti bahwa
kita saling terhubung satu sama lain. Saya juga ingin suatu hari nanti
tulisan-tulisan saya yang berserakan dapat berkumpul menjadi buku yang penuh
manfaat dan dapat dinikmati orang banyak. Jadi tak salah jika saya ingin
menjadi penulis kreatif sebagai impian tanpa batas.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/unamunir/unlimited-dream-menjadi-penulis-kreatif-adalah-impian-saya_57284a89e1afbde304698e34#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar