“Seyogyanya menanamkan aqidah yang benar dan akhlak yang
baik pada anak menjadi profesi utama orang tua”
Membersamai tumbuh kembang anak bukanlah hal yang mudah.
Perlu energi fisik dan psikis yang cukup besar. Belum lagi jika berbagai
tuntutan lain seperti pekerjaan ataupun kegiatan sosial juga menjadi pilihan,
tentu akan menghadirkan sebuah dilema. Sebelum penyesalan tiba, patutlah jika
makna keberadaan sang buah hati dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil
keputusan. Juga sebagai pengobat kala lelah mulai menghinggapi hati dalam
menjaga amanah sang buah hati.
Kehadiran amanah seorang anak merupakan sebuah anugerah.
Tidak sedikit pasangan yang sudah lama menikah, namun belum juga mendapatkan
karunia seorang momongan. Bahkan sekelas nabi Ibrahim pun merasakan betapa
kehadiran anak sangat dinantikan dan selalu diharapkan melalui rahmat dan kasih
sayang Allah. Hal ini menandakan banyak sekali hal yang bisa didapatkan dari
sesosok buah hati.
Kehadiran anak sholeh merupakan dambaan setiap orang tua.
Darinya amal akan tetap mengalir meskipun hayat tak lagi dikandung badan.
Layaknya menanam pohon, perlu adanya lahan yang subur dan penjagaan yang baik
agar kelak benar-benar berbuah dan menghasilkan banyak manfaat. Seperti inilah
kiranya mengahadirkan anak sholeh di tengah keluarga. Perlu adanya lingkungan
baik yang melingkupi pertumbuhannya.
Terkait hal ini sudah pasti orang tua harus mau menyediakan
diri untuk membersamai setiap jengkal pertumbuhan dan perkembangan sang anak.
Memastikan bahwa setiap hal yang diterima sang anak adalah input yang baik dan
menyehatkan fisik serta mental. Bukan berupa racun yang justru akan menghambat
atau bahkan merusak tumbuh kembang sang anak.
Tanggung jawab memperkenalkan aqidah yang benar sejak dini
tidak bisa serta merta dipindah tangankan pada orang lain. Orang tua secara
mutlak harus menanggung penumbuhan aqidah seutuhnya. Adapaun keberadaan guru
ataupun orang lain merupakan pendukung kala keterbatasan akan pengetahuan orang
tua menghalangi proses pengenalan aqidah.
Begitu pula dengan pembentukan akhlak. Akhlak mulia tidak
akan pernah ada tanpa pembiasaan. Pembiasaan pun tidak akan pernah hadir tanpa
contoh yang baik. Maka, sudah sepantasnya mencontohkan akhlak islam sesuai
tuntunan Rasulullah dalam berbagai kegiatan merupakan sebuah keharusan. Mulai
dari tata cara makan, minum, tidur, ke toilet, dan berbagai aktivitas harian
lainnya.
Jika untuk urusan membangun aqidah yang benar dan melakukan
pembiasaan akhlak mulia ini orang tuapun enggan, maka siapa lagi yang mau
peduli untuk melaksanakannya. Padahal sudah jelas kehadiran anak sholeh
merupakan investasi yang sangat berharga melebihi dunia dan seisinya. Maka,
jika nafsu mengumpulkan harta sudah terlalu dalam menguasai hati para orang tua
dapat dibayangkan betapa besar kerugiannya. Apalagi, jika mengejar karir dan
meninggalkan berbagai kewajiban membersamai tumbuh kembang anak atas nama
gengsi, sungguh celaka adanya.
Marilah kembali mengingat bahwa pencarian nafkah sejatinya
adalah untuk membantu mempermudah proses tumbuh kembang anak yang bersifat
materi. Namun, jika dalam prosesnya justru membuat anak kehilangan sosok ayah
ataupun ibu yang dapat menghancurkan masa depan anak, tentu perlu adanya
pengkajian ulang. Semua itu adalah pilihan bagi orang tua. Karena sejatinya
anak pun memiliki sisi lain yang dapat menjerumuskan orang tua.
Jelas tertulis dalam al quran bahwa anak merupakan fitnah
yang dianugerahkan untuk menjadi ujian bagi orang tuanya. Inilah sisi lain dari
keberadaan anak. Maka, jika orang tua bisa berhati-hati dan mau berjuang sebaik-baiknya untuk
menghadapi setiap ujian yang didatangkan Allah melalui perantara anak, surga
adalah hasilnya. Sebaliknya, jika perkara ini dianggap sepele dan dibiarkan
mengalir begitu saja, jelas sudah neraka akan menjadi tempat penampungan
akhirnya.
Ujian keberdaan anak bisa melalui berbagai kekurangan yang
ada atau bahkan kelebihan yang menyertainya. Kekurangan yang dianugerahkan
Allah pada anak akan sangat menguji kesabarab bagi orang tuanya. Keluh dan
umpatan atas segala kekutrangan anak adalah pertanda gagalnya kita sebagai
orang tua menjalani ujian. Pula, ketika kelebihan yang ada pada anak tidak
disyukuri dengan cara yang baik, maka lepaslah janji syurga dari Allah untuk
orang tua.
Inilah sedikit renungan yang setidaknya bisa kita pahami
bersama. Kita rasakan betapa terlalu besar janji Allah bagi orang tua yang
berusaha sepenuh tenaga menjaga keberdaan anak sebagai amanah titipan-Nya.
Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita sebagai orang tua untuk menjaga
investasi syurga. [Hasan]
“Anak merupakan ujian kesabaran dan kesyukuran bagi kedua
orang tuanya”
MajalahEmbun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar