Bismilah

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

.....

" MADING GEMA NURANI " __ Jl.Raya Kaliabang Tengah No.75 B Bekasi 17125 Phone 021 88871329 __ ** Ikhlas Melayani Mendidik Sepenuh Hati **

AL QURAN

Cari .....

Rabu, 08 Maret 2017

Antara Ekspektasi dan Realita

Sumber : 

Pernah punya ekspektasi terhadap sesuatu? bagaimana ketika realitanya tidak sesuai ekspektasi yang kita inginkan? kadang, ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap suatu hal pun tidak bagus ya. Karna ketika realitanya bertolak belakang, lupa sama rasa syukur.

Setiap orang tua pasti punya ekspektasi pada masing-masing anaknya, pengen anaknya begini atau pun begitu. Entah si anak setuju atau tidak. Tapi, ketika kenyataannya tidak sesuai yang diinginkan, anak pun seakan-akan berada pada posisi yang salah dan disalahkan. Padahal si anak tidak melakukan kesalahan.

Sering denger dan sering ngalamin ga sih orang tua yang suka membanding-bandingkan anaknya yang satu dengan anaknya yang lain, bahkan dengan anak orang lain? Padahal kan tiap anak punya porsinya masing-masing, punya fitrahnya tersendiri. Akibat ekspektasi yang tinggi, lupa sama rasa syukur ketika realitanya tidak sesuai. Seakan sudah lupa kalo anak sendiri pun pasti punya kelebihan, punya keistimewaan dan punya sesuatu yang bisa dibanggakan.

Contoh berdasarkan sedikit pengalaman pribadi dan pengalaman teman-teman hasil survey. "Tuh liat si anu, tetap kerja walau punya anak bayi " "tuh liat si ono, gajinya gede" "tuh liat si anu, orangnya serba bisa" "tuh liat si anu, keliatannya cerdas" "tuh liat si ono, orangnya dewasa". Semuanya serba si anu dan si ono. Panas ga sih telinga kalo semuanya serba si anu dan si ono?

Contoh lain, ketika si anak kerjaannya hanya di rumah padahal dikuliahi tinggi-tinggi - langsung dibanding-bandingi sama anak tetangga yang sudah sibuk kerja yang notabene nya tidak sampai kuliah. Padahal, ga selamanya si anak cuma diem di rumah. Bisa jadi di balik diamnya, si anak sedang berusaha agar kelak bisa mensejahterakan dirinya dan keluarganya.

Kerjaan emak saya dulu sebelum saya nikah, suka banding-bandingin sama anak tetangga atau pun sodara. Ya memang, banding-bandinginnya sih ga seekstrem kaya contoh yang di atas, tapi kan tetep aja ya saya punya hati yg mudah patah hati. Tapi untungnya, masa itu kini telah berlalu dan ga pernah terulang lagi setelah saya menikah.

Akibat ekspektasi yang terlampau tinggi yang tidak sesuai dengan realitanya. Si anak pun serba salah dan disalahkan, bahkan ada yang disebut bikin malu keluarga. Padahal, si anak tidak salah. Hanya karna realitanya yang tidak sejalan dengan ekspektasi orang tua yang tinggi.

Jika saja diselipi rasa syukur ketika kenyataannya bertolak belakang, betapa hebatnya si anak. Karna faktanya, pasti banyak yang lebih kurang dari si anak, pasti banyak yang lebih di bawah si anak. Tapi lagi-lagi karna kurangnya rasa syukur, sehingga yang terlihat adalah semua yang melebihi si anak tanpa mengetahui pasti bahwa mereka pun belum tentu seistimewa yang dipikirkan.


Walau kadang bikin telinga panas dan hati mendidih. Ekspektasi orang tua terhadap anaknya memang untuk kebaikan anak-anaknya juga,  hanya saja sedikit salah dalam menyampaikan evaluasinya ketika kenyataannya tidak sesuai. Meski begitu, apalah jadinya si anak tanpa orang tua. Walau kadang tidak sejalan dengan si anak, orang tua tetaplah malaikat tanpa sayap yang senantiasa mengiringi langkah si anak. Karna tanpa mereka, si anak bukanlah siapa-siapa. Betul? Hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FB

Tweet GN

Live Trafic Feed ..

Flag Counter

Nasehat

Kita Mampu

CARA BUAT BLOG

Perjuangan anak agar bisa sekolah

Sedih sampai nagis tengok ni..

Dikirim oleh Puteri Tiara Elisha pada 15 Januari 2015

Perjuangan

Perlombaan ini Seru Banget Nih!

Dikirim oleh Videofb pada 4 April 2016