mading-lp2mp.blogspot.co.id Pembaca yang budiman, terkadang kita menyangka
ayah kita adalah sosok tegar dan tak pernah menangis. Sosok yang tidak pernah
bersedih bahkan tak mungkin bersedih. Tapi apakah memang benar seperti itu?.
Pembaca sholihah yang budiman, mari simak sebuah tulisan renungan yang akan
membuat kita segera ingin memeluk ayah kita. Redaksi sholihah kutip dari Sholihah.web.id
Terlihat Jelas Kerut Kening AYAH |
Mungkin
ibu lebih kerap menelpon untuk menanyakan keadaanku setiap hari, tapi apakah
aku tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku.
Semasa
kecil, ibukulah yang lebih sering menggendongku. Tapi apakah aku tau bahwa
ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu
menanyakan apa yang aku lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung
kepadaku karena saking letihnya mencari nafkah dan melihatku terlelap dalam
tidur nyenyakku.
Saat
aku sakit demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas
aku merengut menjauhi ayahku dan menangis didepan ibu.
Tapi
apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya
bisa menggigit bibir menahan kesakitanku.
Ketika
aku remaja, aku meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata
“Tidak boleh! ”Sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin menjaga aku, beliau lebih
tahu dunia luar, dibandingkan aku bahkan ibuku.
Karena
bagi ayah, aku adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat aku sudah dipercayai
olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka
kadang aku melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu aku diruang
tamu dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa
temannya untuk menanyakan keadaanku, ”dimana, dan sedang apa aku diluar sana.”
Setelah
aku dewasa, walau ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah
aku, bahwa ayahlah yang berkata:
Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah
dulu buat kita bersama. Disaat
aku merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya
mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, kemana
aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada
lagi tempat untuk meminjam.
Saat
aku berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan
untukku. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku sekarang sukses.” Walau
kadang aku cuma bisa membelikan baju koko itu pun cuma setahun sekali. Ayah
akan tersenyum dengan bangga.
Dalam
sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa
itu dalam hatinya. Sampai ketika nanti aku menemukan jodohku, ayahku akan
sangat berhati – hati mengizinkannya.
Dan
akhirnya, saat ayah melihatku duduk diatas pelaminan bersama pasanganku,
ayahpun tersenyum bahagia. Lantas pernahkah aku memergoki, bahwa ayah sempat
pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan
beliau pun berdoa, “Ya Alloh, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah
putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.
”Pesan ibu ke anak
untuk seorang Ayah”
Anakku..
Memang ayah tidak mengandungmu,
tapi darahnya mengalir di darahmu,
namanya melekat dinamamu …
Memang ayah tak melahirkanmu,
Memang ayah tak menyusuimu,
tapi dari keringatnyalah setiap tetesan
yang menjadi air susumu …
Nak..
Ayah
memang tak menjagaimu setiap saat,
tapi
tahukah kau dalam do’anya selalu ada namamu disebutnya …
Tangisan
ayah mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak
ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman…
Pelukan
ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tak
sanggup melepaskanmu…
Dia
ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua
sendiri..
Bunda
hanya ingin kau tahu nak..
bahwa…
Cinta
ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda..
Anakku…
Jadi
didirinya juga terdapat surga bagimu… Maka hormati dan sayangi ayahmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar